mubhaliq yang menyebarkan islam di sulawesi

Datuk ri Bandang atau Khatib Tunggal yang memiliki keahlian dalam hal ilmu fikih bertugas di Kerajaan Gowa – Tallo. Masyarakat kedua kerajaan ini masih memegang kuat tradisi lama seperti perjudian, minum ballo’, dan sabung ayam. Untuk mengislamkan mereka, metode dakwah yang digunakan adalah dengan penegakan hukum syariat.

Khatib Sulung atau Datuk Patimang yang ahli tauhid bertugas di Kerajaan Luwu yang masyarakatnya masih berpegang teguh pada kepercayaan nenek – moyang mereka yang menyembah Dewata Seuwae. Datuk Patimang mengajarkan tauhid sederhana seperti sifat – sifat tuhan. Penekanan tauhid ini untuk menggantikan Dewata Seuwae dengan konsep keimananan pada Allah Yang Maha Esa.

Khatib Bungsu atau Dati ri Tiro yang ahli tasawuf bertugas di Bonto Tiro karena masyarakat di daerah tersebut masih memegang teguh ajaran – ajaran kebatinan dan sihir. Masyarakat di Bonto Tiro terkenal sering menggunakan ilmu sihir atau kekuatan sakti (doti) untuk membinasakan musuh. Mereka percaya bisa mengislamkan masyarakat seperti itu dengan ilmu tasawuf.

Agama Islam masuk ke Sulawesi Selatan pada abad ke- 16 penyebarnya adalah tiga orang mubalig
yang berasal dari Minangkabau, tanah Sumatera. Tiga ulama Minangkabau itu adalah:

1.Khatib Tunggal Datuk Makmur, atau terkenal di kalangan masyarakat Sulawesi Selatan dengan nama Datuk Ri Bandang
2. Khatib Sulung Datuk Sulaiman dikenal Datuk Patimang
3.Syekh Nurdin Ariyani atau Jawad Bungsu dikenal dengan nama Datuk Ri tiro

Khatib Tunggal atau di kenal sebagai Datuk Ri Bandang bersama Datuk Sulaiman datang ke kerajaan Gawo- Tallo untuk menyebarkan Agama Islam. Datul Ri Bandang adalah murid dari Sunan Giri, seorang wali dari Jawa Timur. Datuk Ri Bandang tiba di pantai Makassar, di pelabuhan Tallo pada tahun 1605 M. Raja Tallo saat itu bernama Karaeng Matoaya. Raja Tallo segera masuk agama Islam dan setelah menjadi Muslim, beliau bergelar Sultan Alaudin


sorry klok ad salah